Minggu, 24 Juli 2011

Sepenggal Kisah

Aku adalah anak berusia 12 tahun yang dilahirkan dari ayah dan ibu yang selalu menyayangiku. Anak pertama dari 3 bersaudara,aku merasa sebagai anak yang kurang beruntung karena aku hanya dilahirkan di keluarga yang sangat sederhana, tapi aku selalu bersyukur karena perhatian mereka selalu untuk anak-anaknya. Sempat dalam benakku menyalahkan mereka karena ketidakberuntungan ini,tapi aku sadar bahwa sang pencipta mempunyai rencana sendiri untuk aku.

Itulah diriku yang selalu mengeluh dengan keadaannku, sampai suatu hari penyesalan dilahirkan muncul kembali. Saat aku masuk ke Sekolah menengah pertama (SMP) aku harus berkorban untuk jauh dari kedua orangtuaku, anak yang masih ingusan harus berpisah dengan ayah dan ibunya,keluargaku di ganggu oleh orang gila sehingga nyawa kta pun terancam.

"nak kamu harus bisa hidup sendiri ya disini" ayahku berkata
"knapa?"
"situasinya seperti ini jadi adik dan ibumu harus pindah ke rumah nenek sementara waktu"
"aku gak mau"

teriakku di depan ayah, aku tidak mau jauh dari mereka.

"tapi ini keputusan yang terbaik nak,kamu akan tinggal dirumah guru SD kamu yang dekat dengan SMP mu"
"ayah kemana???"
"Ayah akan pulang balik dari rumah nenek kesini"
"aku tidurnya gimana?"
"kamu tidur dikamar anak guru SD kamu"
"aku takut ayah"(sambil menangis)
"kamu harus jadi anak yang kuat, hidup ini tidak selalu sesuai dengan apa yang kita ingiinkan,kita harus tetap bersyukur dengan semua ini. Masalah akan selalu muncul didalam hidup kita,tapi kita harus bisa menghadapinya dan dengan ikhlas"
"iya"

Aku hanya mengucapkan kata iya tapi aku tidak mengerti dengan semua, aku hanya tahu bahwa aku akan tinggal sendiri saat ini.

Keesokan harinya aku siap berangkat kerumah guru SD ku itu, ibuku hanya tertunduk menahan tangisnya.Sesampainya dirumah itu, rumah yang menghantu aku selama 2 hari ini. Begitu cepat perubahan hidupku,sesak di dadaku ketika mencium tangan ayahku seraya berkata kamu hati-hati ya nak.

Malam pertama aku tidak bisa tidur, yang aku lakukan hanya menangis. Selama 1 bulan hanya itu yang aku lakukan, hidupku serasa menjadi anak yang dibuang oleh orang tuanya, walaupun setiap minggu ayahku selalu mengunjungiku. Satu bulan berlalu aku tidak betah tinggal disitu, akhirnya aku dipindahkan oleh ayahku ke asrama sekolahku. Ruangan 1X 2 m menjadi tempat tidurku, setiap pagi aku membantu ibu penjaga membuat gado-gado untuk dijual dikantin sekolah,disini aku merasa agak senang karena ibu penjaga punya anak kecil yang lucu. Aku ingin semuanya berakhir tapi aku hanya bisa berdoa. 

Tiga bulan berlalu, aku sudah bisa pulang dan ibuku pun telah kembali dari rumah nenek. Tapi penderitaan pun tidak berakhir, orang gila itu masih tetap mengusik ketenangan keluargaku. Sendal dibuang, tiba-tiba masuk kerumah itulah yang terus dilakukan orang gila itu. Ayahku sudah menawarkan pengobatan kepada keluarganya, tapi ditolak mentah-mentah karena mereka menganggap anaknya baik-baik saja. Tapi ayahku tidak meyerah begitu saja, akhirnya keluarganya bisa mengerti dan orang gila itu dapat dibawa berobat.
Setelah setengah tahun hidupku bisa normal kembali tanpa dihantui rasa ketakutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar